Kata Berimbuhan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Tulisan ini diambil dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Tahun 2015
.1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
berjalan
berkelanjutan
mempermudah
gemetar
lukisan
kemauan
perbaikan
Catatan: Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
sukuisme
seniman
kamerawan
gerejawi
.2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya:
adibusana | infrastruktur | proaktif |
aerodinamika | inkonvensional | purnawirawan |
antarkota | kontraindikasi | saptakrida |
antibiotik | kosponsor | semiprofesional |
awahama | mancanegara | subbagian |
bikarbonat | multilateral | swadaya |
biokimia | narapidana | telewicara |
dekameter | nonkolaborasi | transmigrasi |
demoralisasi | paripurna | tunakarya |
dwiwarna | pascasarjana | tritunggal |
ekabahasa | pramusaji | tansuara |
ekstrakurikuler | prasejarah | ultramodern |
Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital. Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai. Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Komentar
Posting Komentar